Minggu, 24 Februari 2008

kader adalah wajah LDK

Protokol #08

Kader adalah wajah LDK

Suatu hari saya mendatangi sebuah tempat makan, alasan saya datang ke tempat tersebut adalah karena tempat makan tersebut terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar, bahwa saya akan mendapatkan makanan yang lezat, saya masuk ke sana. Setiba disana harapan yang ada tiba-tiba buyar. Saya dan teman duduk di tempat makan tersebut dan tidak ada satupun pelayan yang menghampiri. “kok gw dicuekin sih” pikir saya dalam hati. Teman saya langsung saja memanggil pelayan, dan tanpa disangka pelayan tesebut hanya memberikan menu dan kertas serta alat tulis, tanpa penjelasan atau perkenalan apa-apa. Lalu kami memesan, dan hingga kami selesai makan, bisa dikatakan pelayanan yang kami dapat sangat buruk, dan makanan yang kabarnya lezat tersebut tampak hambar dan tanpa kelebihan apa-apa.
Suatu hari saya ke sebuah toko buku dan membeli buku “starbucks experience”. Membaca buku itu dalam waktu singkat membuat saya tertarik untuk datang ke starbucks dan menikmati “pengalaman” yang khas starbucks. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana sistem staffing di starbucks menuntut jiwa staff yang baik, ramah dan murah senyum, karena starbucks yakin bahwa staf atau dalam hal ini pelayan adalah garda terdepan dan akan memberikan pencitraan kepada pelanggan. Pada suatu siang, saya meniatkan diri untuk merasakan “pengalaman ala starbucks”. Setiba disana saya disambut dengan senyuman seorang pelayan, dan dalam perjalanan ke counter pembelian, dan nuansa cozy saya dapati dalam toko tersebut. Melihat wajah cerah dan ramah dari pelayan membuat saya semakin nyaman. Setiba di counter –lagi-lagi- saya disambut dengan muka bahagia pelayan dan menawarkan berbagai minuman kopi yang ada. Mungkin dia bisa melihat saya bukan pelanggan starbucks, akan tetapi seorang yang pertama kali datang, sehingga bingung ingin memilih minuman yang mana-secara banyak jenis kopi di starbucks-. Dan seketika saya seperti dibimbing untuk memilih kopi yang tepat.
“mau yang dingin atau yang panas” pelayan tersebut bertanya.
“hmhmh..kayaknya yang dingin deh” saya menjawab

Lalu pelayan tersebut melanjutkan “kalo yang dingin kami ada yang ini.... ini .... ini ....( saya lupa nama pastinya)”. “tapi biasanya anak muda suka yang frappucinno blended ....”
“yawda yang itu aja” saya memutuskan.
Pelayanan yang mengesankan berlanjut, pelayan tersebut menunjukkan kepada saya counter additional ingredients , semacam tempat untuk menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Lalu saya duduk, entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di starbucks membuat saya jadi nyaman, dan harga kopi yang mencapai 40.000 rupiah terasa sebanding dengan apa yang saya dapat.
Kisah diatas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami. Saya berpikir saat menikmati kopi starbucks. Kalau semua kader LDK punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap postif dan selalu bahagia. Alangkah indahnya dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain untuk bergabung dengan LDK ( atau dalam hal ini tertarik untuk mengikuti agenda LDK ). Semakin saya sadari lagi, bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.
Seorang kader yang baik, ramah, berbudi pekerti baik akan memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK. Seorang kader yang berkemampuan akademik baik serta memilik IP yang tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader yang pintar-sebuah citra baik untuk LDK-. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK inklusif.
Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan. Jangan hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi terhadap LDK. Seorang pemimpin LDK perlu menjamin kualitas dari kader ini sebagai agen dakwah.
Mempersiapkan kader untuk berdakwah dimanapun dia berada, perlu berbagai pembekalan. Poin kedua yang harus disiapkan setelah ilmu yang mencukupi, adalah interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan bijak. Pendekatan ini sangat penting dan semua kader harus memahami dengan baik. Kembali kepada konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka kader kita harus disiapkan dengan baik.
Berikut saya akan memberikan tips bagaimana seorang kader harus memiliki paradigma berpikir secara individu, yang dimana konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam secara personal. Tips ini bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan atau bahkan dalam pengajuan proposal sponsorship.
Soul to Soul
Telinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa diredam dengan telinga. Begitupula, hati, yang hanya bisa luluh oleh hati. Seseorang yang bahagia akan terpancar dari senyumnya. Seseorang yang memahami betul apa yang dilakukan akan terpancar dari tatapan matanya. Seseorang yang sungguh sungguh melakukan sesuatu hal akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to soul, seorang kader yang memahami apa yang dilakukan dan diniatkan dengan ikhlas, lalu dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga kebahagiaan dan kepuasan tampak pada diri seorang kader.
Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan seorang kader, kekuatan ini akan berdampak pada konsistensi seorang kader. Karena ia menjalankan segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat, dan hati yang ikhlas. Sehingga ketika ada tantangan atau rintangan,tidak menjadi sebuah alasan untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangat untuk bisa berjuang lebih. Ketika ada kekecewaan yang di alami, tidak menjadi alasan baginya untuk mundur, karena Allah lah tujuan ia semata.
Seorang dosen saya pernah mengatakan “kamu harus all out dalam segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktifitas dakwah akan memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep ruhiyah yang saya pahami adalah, keterlibatan jiwa ini pada setiap aktifitas kita. Bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilakukan. Karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak pada semangat kita bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan di massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita sungguh-sungguh dan penuh kerja keras dalam setiap urusan. Pencitraan ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap dakwahnya.
Spiritual and Strong
Seorang kader dakwah harus memiliki kedekatan kepada Allah dengan baik. Kedekatan ini terpancar dari sikap yang tampak. Seorang yang dekat dengan Allah biasanya mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh dengan banyaknya interaksi kader dengan Qur’an dan rutinya ibadah kepada Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah. Kekuatan spiritual ini sangat berdampak pada ketenangan diri dalam mengambil kebijakan. Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya, bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS ITB, jumlah tilawah beliau tidak pernah kurang dari 3 juz setiap hari. Seorang kepalda GAMAIS ITB lain bercerita, bahwa ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika malamnya ia tidak shalat malam. Kedekatan ruhiyah adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah yang kita lakukan sangat tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.
Dampak langsung dari kekuatan spiritual ini adalah, ketenangan dan kedamaian dalam LDK, LDK akan tenang dan nyaman. Serta Allah senantiasa membukakan hati-hati kader kita untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah, bergerak dengan sepenuh hati dalam naungan Islam. Karena sesungguhnya Allah lah yang membukakan hati ini, dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini. Hati kita dengan semua kader LDK, dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di kampus.
Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan selalu optimis. Seorang
kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap LDK nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran anda bahwa andalah yang terbaik, dan LDK anda adalah yang terbaik. Dalam buku “the secret” yang pernah saya baca. Dikenal dengan istilah “law of attraction”, sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba membuat benak dan pikiran saya akan suatu hal yang positif, ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah berpikir bagaimana lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah fakultas bisa berjalan seiring dengan GAMAIS ITB. Saya selalu memikirkan ini dan menyampaikan juga gagasan saya ke kawan kawan yang lain, dan hasilnya setelah 6 bulan kami mengembang amanah di GAMAIS ITB cita-cita itu tercapai yang terbukti dengan suksesnya muktamar GAMAIS ITB, dimana saat itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi, misi serta rancangan dakwah kita selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara GAMAIS pusat, Lembaga dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas, dan kata ganti “kita” mulai muncul sebagai representatif dari GAMAIS pusat, Lembaga dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas. Saat ini ketika disebut GAMAIS maka yang dimaksud adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah manusia gagal. Seorang yang hebat bukanlah seorang yang tidak pernah gagal akan tetapi seorang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan memulai merencanakan sebuah agenda yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang untuk ikut mentoring, maka soerang kader dakwah harus cepat beralih ke target yang lain untuk di ajak mentoring.
Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang dan maju, optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya Sandhiyudha ( mantan ketua SALAM UI ) pernah berpesan pada saya “ingat, masalah bukan problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain” . Seorang kader LDK juga harus bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapi, karena dengan ujian dan tantangan lah. Diri ini akan semakin kuat dan berpengalaman.

Smile and Shinning
Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, di sebuah siang hari di kota Jakarta, terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Saat itu seorang wanita membawa mobil seorang diri. Mungkin karena panas dan dirinya sedang penat akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Kota Jakarta yang keras membuat pemilik mobil yang tertabrak turun dari mobil dan mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu menghadapi pemilik mobil yang ditabraknya, seorang pria besar mendatangi wanita itu dengan marah-marah. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan sepakat tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua, Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Singapura, teringat sebuah pemandangan yang menurut saya, hasil didikan yang baik dari pihak manajemen hotel ke seorang receptionist . Saya melihat seorang receptionist terlibat sedikit konflik dengan tamu hotel, saya melihat dari jauh, dan tampak tamu hotel tersebut complain akibat misscommunication. Konflik dapat ia selesaikan dengan sedikit ancaman dari tamu hotel tersebut, yang membuat saya takjub adalah, sang receptionist tersebut bisa melayani tamu hotel selanjutnya dengan senyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri serta pencitraan yang ramah dan lembut dengan kekuatan senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman pula yang membuat hati ini senantiasa berbahagia dalam keadaan sulit sekalipun. Sebuah perusahaan jasa mendidik staffnya untuk selalu tersenyum agar pelayanan yang diberikan bisa maksimal.
Kader dakwah butuh memiliki senyuman yang ikhlas. Kekuatan senyuman ini kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Diskusi saya belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan memberikan saya masukan bahwa ternyata mahasiswa ini butuh kader kita yang ramah dan lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi dan mereka butuh untuk diajak dengan keramahan dan kelembutan diri seorang kader.
Sahabat aktifis LDK di seluruh Indonesia, seringkali LDK menjadi tidak berkembang karena bingung merangkai sebuah agenda. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan dan meningkatnya kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama. Seringkali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan untuk media promosi paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.
----------
Terinspirasi dari pelayan starbucks dan receptionist hotel di Singapura, serta pemikiran seorang Rendy Saputra ( ketua majelis syuro GAMAIS ITB )




Tidak ada komentar: