Rabu, 06 Februari 2008

Internalisasi Dakwah Fardiyah

Protokol #02
Internalisasi Dakwah Fardiyah

Kembali kepada asholah da’i
Perjalanan dakwah di Keluarga Mahasiswa Islam ITB yang telah mencapai usia dua dekade semakin kehilangan khitah da’i yang seharusnya di cita-citakan sejak awal. Karakter seorang da’i yang seharusnya melekat pada jiwa kader atau aktifis dakwah semakin memudar ditelan arus perubahan massa atau objek massa. Perubahan ini terlalu drastis dan cepat, sehingga tuntutan untuk berubah pun menjadi sebuah keharusan. Akan tetapi ada hal yang disayangkan bahwa perubahan ini tidak di ikuti dengan mempertahankan hal-hal yang bersifat fundamental dari fungsi da’i itu sendiri. Dakwah dalam kata kerja dan Da’i yang merupakan bentuk dari pelaku dakwah memilki makna harfiah menyampaikan. Pada hakikatnya kita sangat memahami bahwa menyampaikan adalah sesuatu yang berasal dari diri ini dan disampaikan melalui lisan maupun tindakan.
Berdasar pemahaman diatas, fungsi utama seorang kader dakwah adalah menjadi da’i , dimana dia mengajak seorang mad’u atau objek dakwah untuk kenal Islam lebih mendalam. Seorang aktifis dakwah yang dengan lisannya menyampaikan risalah Islam dan mengajak objek dakwahnya untuk belajar Islam. Hal inilah yang juga dicontohkan oleh Rasulullah, dimana beliau menyampaikan firman Allah di depan umum, diatas bukit atau berkunjung langsung ke tempat-tempat tertentu dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai da’i.
Begitupula kita sebagai seorang kader dakwah, ternyata dituntut tidak hanya pandai menyusun sebuah agenda dakwah, tidak hanya cepat dalam menghafal Al Qur’an, atau tidak hanya baik dalam hal manajemen sebuah organisasi. Akan tetapi seorang kader dakwah juga dituntut bisa menjadi da’i dimanapun dia berada, dengan berkata, mempengaruhi sekitar dengan perkataan dan keteladanan agar objek dakwahnya bersedia belajar Islam lebih mendalam.
Dakwah Fardiyah
Perjalanan dakwah Islam yang sudah memasuki abad ke 15 ada sebuah metode dakwah yang tidak pernah usang. Sebuah metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebuah metode dakwah yang juga dilakukan oleh Para Khulafaur Rasyidin, dan bahkan metode dakwah yang dilakukan Adam AS, Ibrahim AS, Musa AS hingga Isa AS. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi beliau. Dakwah fardiyah atau dakwah secara personal. Bentuk dakwah personal ini memang sesuai dengan namanya, yakni aktifitas dakwah secara personal dari seorang personal, man to man, woman to woman.
Dakwah fardiyah dalam konteks ke-lembaga dakwah kampus-an, mengkrucut pada sebuah tujuan, yakni mengajak objek dakwah agar ikut atau bergabung dalam pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Kampus. Karena pada hakikatnya , berbeda dengan zaman Rasul, dimana yang di dakwah-i oleh Rasul adalah seorang non-muslim atau seorang yang masih kafir. Pada medan dakwah kampus, yang kita dakwah-i adalah seorang muslim yang akan kita ajak untuk mempelajari Islam secara mendalam. Dengan berbagai metode pembinaan yang ada, bisa kita gunakan sebagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk mem-follow up adalah kelompok mentoring. Metode lainnya seperti ta’lim dan mabit juga bisa digunakan follow up masif.
Dalam dakwah fardiyah ini ada beberapa tahap yang bisa kita rangkup dalam istilah 5M.
Mengenali
Fase pertama dalam dakwah fardiyah adalah mengenali calon mad’u. Mengenal tidak hanya sebatas nama dan nomor handphone , akan tetapi betul-betul mengenal secara mendalam. Dimulai dari kita mengetahui kebiasaanya, dimana tempat tinggalnya, lalu apa aktifitas kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaanya, dan lain sebagainya. Mengenali mad’u ini sangat penting, karena akan mempengaruhi metode pendekatan yang akan dilakukan. Dalam buku personality plus, ada 4 tipikal manusia, yakni, sanguinis, melankolis, korelis, dan plegmatis. Buku ini bisa menjadi sebuah pedoman sederhana dalam mendekati mad’u. Selain itu buku bagaimana menyentuh hati karangan abbas assyisi bisa digunakan sebagai pedoman fundamental dalam melakukan pendekatan personal.
Mendekati
Pendekatan yang dilakukan terhadap objek dakwah juga harus berbeda, ada kalanya kita juga harus menyesuaikan dengan bagaimana kedekatan atau seberapa kenal kita dengan mad’u. Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi atau bersikap kepada beliau. Karena perubahan yang terjadi justru bisa kontraproduktif terhadap dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri anda, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan tipikal diri anda.
Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seorang yang gemar membaca bisa didekati dengan membelikan atau meminjami beliau dengan buku yang menurut kita bisa mengubah paradigma beliau tentang Islam. Sebutlah sirah nabawiyah , atau al islam karangan Sayyid Qutb, atau mungkin buku umum seperti the secret, the world is flat, atau berpikir dan berjiwa besar. Dengan pendekatan buku seseorang bisa tergugah pemikirannya. Kadang kala kita bisa bertemu dengan seorang yang gemar bertanya, bisa saja sesekali kita ajak beliau untuk silahturahim ke tempat seorang ustadz untuk diskusi agama, atau menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya pembinaan dan lain sebagainya. Seseorang yang keras kepala harus bisa dipatahkan dan di cairkan dengan pemahaman dan penjelasan yang logis dan realis dari kita. Oleh karena itu, pemahaman Islam yang baik juga menjadi tuntutan seorang da’i. Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis-plegmatis, dimana pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita bisa menjadi metode yang tepat. Berbagai metode lain bisa berkembang tergantung mad’u dan diri kita sendiri.
Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni membentuk kepercayaan antara diri kita dan mad’u , mengikatkan dan mendekatkan hati, dan menumbuhkan perasaan ingin memperlajari Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan bahasa lain, menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri.
Mengajak
Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita adalah mengajak mad’u kita untuk mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana cara dan waktu yang tepat, tergantung situasional yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada yang tipikal langsung di “tembak” langsung, ini tipikal pada mad’u yang sudah dekat secara personal kepada kita, atau untuk mad’u yang agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung di undang di agenda pembinaan yang ada. Proses pengajakan ini bukanlah akhir dari proses meskipun mad’u menolak untuk mengikuti pembinaan. Proses fardiyah harus tetap jalan. Jika kita sudah merasa tidak ada prospektif di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u bisa menjadi pilihan yang tepat.
Mendo’akan
Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah . Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min, dan Yang mempersatukan hati mereka . Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
[ al anfaal 62-63 ]
Kekuatan do’alah yang bisa menyatukan hati-hati ini, karena sesungguhnya do’a kita kepada sesama muslim akan menjadi amal yang yang sangat bernilai, kekuatan do’a ini pula yang akan membukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan menjauhi godaan syetan. Mendo’akan mad’u menjadi kewajiban bagi seorang da’i.

Menjaga

Terkadang proses follow up dari hasil fardiyah yang dilakukan tidak selalu di-handle oleh kita sendiri. Bisa jadi orang lain yang membina hasil fardiyah kita lakukan. Oleh karena itu kita perlu tetap menjaga hubungan and never loose contact with him/her. Sesekali kita coba tanya bagaimana pembinaan yang beliau dapat, apa kesannya, atau bisa di ajak diskusi sesekali. Beda halnya jika kita yang membina langsung hasil fardiyah yang kita lakukan, proses penjagaan akan lebih mudah karena kita akan bertemu lebih rutin.

Prospek

Melihat perkembangan dakwah syiar event yang semakin semarak dan berdana besar, dakwah fardiyah bisa menjadi media persiapan massa sebelum event atau media follow up setelah event.

Media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah bisa sebagai metode yang digunakan untuk mengajak peserta. Dalam tahapan dakwah fardiyah, pengajakan mad’u ke agenda dakwah bisa mempercepat tahapan pendekatan, karena mad’u akan bisa merasakan nuansa Islam di dalam agenda yang diadakan. Dengan mengajak mad’u kita ke agenda dakwah, turut mendukung agenda tersebut dari sisi jumlah peserta.
Media follow up setelah event, pada setiap event yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus , sebaiknya ada presensi atau buku tamu dari pengunjung atau peserta event. Pendataan ini sangat penting, karena dengan data ini kita bisa menghitung berapa massa simpatisan kita yang berpotensi menjadi kader. Sehingga proses follow up akan lebih mudah. Salah satu metode follow up yang bisa digunakan, yakni dengan dakwah fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta agenda dakwah bisa mendekati beliau, sehingga proses follow up simpatisan menjadi kader kian cepat.

Perkembangan agenda dakwah berbasis event seakan-akan menjadi keharusan pada sebuah lembaga dakwah kampus. Betul memang, ketikan lembaga sudah formal, agenda yang masif harus dijalankan, karena massa juga semakin banyak. Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda merangkul massa. Jika ini terjadi, maka label LDK identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan. Sungguh sangat zalim bagi kita para pemimpin lembaga dakwah kampus, jika mendidik kader hanya untuk menjadi ahli dalam organisasi, sebuah lembaga dakwah kampus adalah lembaga kaderisasi, maka mendidik kader untuk menjadi da’i dalam konteks mengajak objek dakwah ikut pembinaan dan membina dengan seksama agar objek dakwah bisa menjadi seorang yang memiliki kepribadian Islam. Sehingga, dengan internalisasi dan menjadikan dakwah fardiyah sebagai kebiasaan diantara kader, kita akan menstimulus karakter kader kita untuk memilki kepribadian da’i.

Prospek cerah sangat tampak dalam proyek ini karena ada efek kali yang sangat baik jika proyek ini bisa dijalankan secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Meng-gerilya kan kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk pembinaan kita setiap saat. Kita akan coba hitung bagaimana potensi penambahan kader yang mungkin bisa terjadi dalam perkembangan proyek ini.

Bulan
Jumlah kader
Pertama
50
Kedua
100
Ketiga
200
Keempat
400
Kelima
800
Keenam ( 1 semester )
1600

Dilihat dari tabel diatas hanya dalam 1 semester peningkatan kader kita akan meningkat hingga 32x lipat. Ini jumlah yang sangat fantastis. Angka 50 Kader di awal ini hanya merupakan asumsi, jika jumlah kader real yang ada pada kampus kita lebih banyak. Maka, multiply effect yang terjadi bisa lebih besar, dan perlu dicermati bahwa contoh diatas menggunakan asumsi, setiap kader hanya perlu mengajak 1 objek dakwah dalam waktu satu bulan. Hanya satu orang setiap bulan, bukan jumlah yang besar untuk waktu satu bulan.

Cara kerja dari habiting dakwah fardiyah pada dasarnya akan berbasis sistem yang sederhana. Karena hanya didukung oleh perangkat promosi dan wadah untuk menampung. Terkait pada perangkat pendukung akan di bahas pada bagian selanjutnya. Di akhir bagian prospek ini ada sebuah cara kerja sederhana yang akan kita gunakan dengan memanfaatkan pola pikir dasar seorang manusia.

Lintasan pikiran à memori à gagasan ( pola pikir ) à tekad à amal à tingkah laku à karakteristik

Manusia selalu memulai sesuatu dari sugesti, dan sugesti ini bermula dari sebuah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks proyek ini, seorang da’i akan mencoba mengisi lintasan pikiran objek dakwah dengan pentingnya pembinaan, saatnya berubah kearah lebih baik, dan sebagainya. Dengan cara mengingatkan objek dakwah, melalui sms atau telepon atau saat bertemu. Cara lain adalah dengan banyaknya simbol atau pengumuman reklame dan iklan di kampus, agar objek dakwah senantiasa melihat dan menjadikan informasi yang ada sebagai sugesti. Selanjutnya kita akan menstimulus lintasan pikiran ini dengan diskusi, meminjamkan buku , atau mengajak ke pertemuan kader dan ta’lim agar timbul sebuah memori pada objek dakwah. Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribadi objek dakwah untuk menyalurkan memori ini menjadi sebuah gagasan atau pola pikir bahwa “saya harus mengikuti pembinaan Islam untuk berubah!”, di saat tekad dari objek dakwah sudah timbul, maka tiba saatnya lah kita mengajaknya untuk bergabung.

Pada proses perkenalan dan pengajakan ini, kita harus bisa menjelaskan apa keuntungannya, apa perubahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembinaan, kesempatan apa yang bisa didapat dan segala hal positif lainnya. Mengubah paradigma yang ada pada mad’u, karena sesungguhnya bukan karena alasan tidak mau ,sehingga mereka tidak mau bergabung sebelumnya, akan tetapi karena mereka belum mengetahui apa yang bisa mereka raih dengan mengikuti pembinaan ini.

Perangkat pendukung

Mekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebuah LDK berpusat pada dua departemen atau bidang, yakni bidang kaderisasi dan manajemen sumber daya anggota serta bidang koordinasi mentoring. Dua bidang ini harus sinergis satu sama lain.
Kaderisasi dan Manajemen Sumber Daya Anggota
Bidang ini akan berfungsi pada satu hal, yakni penjagaan dan pemantauan proses dakwah fardiyah dengan membuat sel-sel atau kelompok yang bertujuan untuk mengecek keberjalanan yang ada. Sel-sel ini tidak ubahnya seperti usrah atau kelompok mentoring, bedanya kelompok ini tidak di isi dengan majelis ilmu, akan tetapi di isi oleh pengecekkan keberjalanan dakwah fardiyah. Kelompok ini juga di pimpin oleh seorang naqib yang berasal dari seorang yang lebih tua dan diusahakan satu program studi atau fakultas, agar transfer ilmu dalam cara dakwah fardiyah bisa lebih tepat. Pada pucuk tertinggi dari cabang pohon ini adalah para kader inti dari sebuah LDK. Pada kondisi lain, bisa saja fungsi pemantauan ini digabung dengan kelompok mentoring pembinaan atau usrah yang ada. Sebetulnya ini lebih efektif sehingga ketika ada objek dakwah baru yang bergabung akan lebih mudah memantau dan mem-follow up.
Tim Koordinasi Mentoring
Tim ini menyiapkan dua hal,yakni peralatan pendukung dan tabulasi jadwal mentoring.
1. Peralatan pendukung, peralatan ini adalah sarana yang digunakan oleh kader kita dalam mempromosikan mentoring. Sarana ini bisa berupa pamflet yang berisikan tentang segala sesuatu tentang pembinaan dan mentoring, slide powerpoint yang bisa digunakan di laptop untuk “menjual” mentoring. Sarana publikasi seperti poster atau leaflet yang bisa ditempel dan dibagikan, ini berguna dalam mencitrakan mentoring di lintasa pikiran objek dakwah. Merchandise pendukung , seperti kaos untuk mentor kita dengan bertuliskan ”bukan mentor biasa” atau ”supermentor”, pin yang dibagikan ke semua kader dengan betuliskan kata-kata persuasif. Selain itu tim mentoring sedianya membuka stand pendaftaran mentoring di setiap event yang diadakan oleh Lembaga dakwah kampus. Sehingga kita bisa membuka dan menampung seluruh mahasiswa muslim setiap saat.
2. Tabulasi jadwal mentor, kita akan memakai sistem buka kelas pada permentoringan. Setiap mentor diminta menyediakan waktu setiap pekannya 1 sesi , dengan satu sesi selama 1,5 jam. Lalu jadwal semua mentor akan di gabung dan akan mengeluarkan tabulasi jadwal kelas mentoring. Semakin banyak mentor yang ada, akan membuat pilihan dari objek dakwah kian banyak.
Ini merupakan contoh tabulasi sederhana yang bisa dibuat, dengan pilihan jadwal ini ada banyak keuntungan bagi proses dakwah fardiyah yang dilakukan, yakni.
i. Membuat jadwal antara mentor dan binaannya sesuai, sehingga tidak perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal
ii. Memberi kesempatan objek dakwah untuk memilih mentor untuk membina dirinya
iii. Memberi kesempatan seorang objek dakwah untuk memilih teman satu kelompoknya

Mekanisme input data ini bisa mudah dengan teknologi sms, seorang objek dakwah cukup sms ke service centre dengan mencantumkan identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang dikirim via sms akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke mentor, sehingga maksimal satu pekan setelah seseorang mendaftar, beliau bisa langsung memulai proses pembinaan.

Mulai dari sekarang !

Untuk memulai sesuatu memang butuh waktu , akan tetapi semakin cepat kita memulai akan lebih baik. Karena semakin lama kita menunda akan semakin banyak pula pertimbangan yang mungkin bisa membuat kita tidak menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah awla dan bisa jadi cukup berat, adalah menimbulkan kesadaran atau habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebanyak-banyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembinaan. Adanya pertemuan kader terpusat bisa menjadi sebuah metode yang diharapkan bisa memberikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader bisa bergerak dan menjalankan dakwah fardiyah. Mungkin anda bertanya apakah saya sebagai penulis sudah pernah menjalankannya. Semester silam saya mencoba mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya coba praktekkan konsep ini pada kelompok binaan saya di jurusan. Pada awalnya di bulan september, anggota kelompok hanya 8 orang saja. Akan tetapi setiap sms saya ke binaan untuk mengingatkan jadwal mentoring selalu saya beri tambahan “ajak yang lain yah ! ^_^” , dan pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya selalu mengajak untuk ikut mentoring. Alhasil dengan usaha saya dan binaan saya, pada awal bulan desember ( sekitar 3 bulan setelah pertemuan pertama ), jumlah anggota mentoring ini berjumlah 20 orang.

Kita akan membangun sistem disini, dimana ada perangkat pendukung, tools untuk promosi, media pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-pertemuan untuk sharing dan berbagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan, serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah fardiyah. Dengan pembangunan sistem, semua kader kita dengan segala tipikal pribadi dan varian kompetensi akan bisa menjalankan amanah ini dengan baik


Tulisan ini ditujukan untuk semua aktifis lembaga dakwah kampus di seluruh Indonesia
Secara khusus saudaraku di makassar yang tengah berjuang melegalkan LDK
Semoga Allah memudahkan semua usaha kita

Tentang penulis :
Ridwansyah yusuf achmad
Kepala LDK keluarga mahasiswa Islam ( GAMAIS ) ITB 2007-2008
yusuf_ahdian@yahoo.co.id
ridwansyahyusuf@gamais.itb.ac.id
http://ridwansyahyusuf.blogspot.com
tulisan ini boleh disebarluaskan ( right to copy ) dengan mencantumkan identitas penulis

1 komentar:

Anonim mengatakan...

http://markonzo.edu Rear side, ashley furniture price [url=http://jguru.com/guru/viewbio.jsp?EID=1536072]ashley furniture price[/url], 3516, allegiant air verdict [url=http://jguru.com/guru/viewbio.jsp?EID=1536075]allegiant air verdict[/url], oypqo, pressure washers info [url=http://jguru.com/guru/viewbio.jsp?EID=1536078]pressure washers info[/url], putegia, dishnetwork blog [url=http://jguru.com/guru/viewbio.jsp?EID=1536080]dishnetwork blog[/url], rhijr, adt security preview [url=http://jguru.com/guru/viewbio.jsp?EID=1536076]adt security preview[/url], pftjsmt,