Minggu, 24 Februari 2008

pindah ke wordpress

teman- teman semua

berhubung satu dan lain hal

saya pindah blog ke

http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com

visit yah !!!

kader adalah wajah LDK

Protokol #08

Kader adalah wajah LDK

Suatu hari saya mendatangi sebuah tempat makan, alasan saya datang ke tempat tersebut adalah karena tempat makan tersebut terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar, bahwa saya akan mendapatkan makanan yang lezat, saya masuk ke sana. Setiba disana harapan yang ada tiba-tiba buyar. Saya dan teman duduk di tempat makan tersebut dan tidak ada satupun pelayan yang menghampiri. “kok gw dicuekin sih” pikir saya dalam hati. Teman saya langsung saja memanggil pelayan, dan tanpa disangka pelayan tesebut hanya memberikan menu dan kertas serta alat tulis, tanpa penjelasan atau perkenalan apa-apa. Lalu kami memesan, dan hingga kami selesai makan, bisa dikatakan pelayanan yang kami dapat sangat buruk, dan makanan yang kabarnya lezat tersebut tampak hambar dan tanpa kelebihan apa-apa.
Suatu hari saya ke sebuah toko buku dan membeli buku “starbucks experience”. Membaca buku itu dalam waktu singkat membuat saya tertarik untuk datang ke starbucks dan menikmati “pengalaman” yang khas starbucks. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana sistem staffing di starbucks menuntut jiwa staff yang baik, ramah dan murah senyum, karena starbucks yakin bahwa staf atau dalam hal ini pelayan adalah garda terdepan dan akan memberikan pencitraan kepada pelanggan. Pada suatu siang, saya meniatkan diri untuk merasakan “pengalaman ala starbucks”. Setiba disana saya disambut dengan senyuman seorang pelayan, dan dalam perjalanan ke counter pembelian, dan nuansa cozy saya dapati dalam toko tersebut. Melihat wajah cerah dan ramah dari pelayan membuat saya semakin nyaman. Setiba di counter –lagi-lagi- saya disambut dengan muka bahagia pelayan dan menawarkan berbagai minuman kopi yang ada. Mungkin dia bisa melihat saya bukan pelanggan starbucks, akan tetapi seorang yang pertama kali datang, sehingga bingung ingin memilih minuman yang mana-secara banyak jenis kopi di starbucks-. Dan seketika saya seperti dibimbing untuk memilih kopi yang tepat.
“mau yang dingin atau yang panas” pelayan tersebut bertanya.
“hmhmh..kayaknya yang dingin deh” saya menjawab

Lalu pelayan tersebut melanjutkan “kalo yang dingin kami ada yang ini.... ini .... ini ....( saya lupa nama pastinya)”. “tapi biasanya anak muda suka yang frappucinno blended ....”
“yawda yang itu aja” saya memutuskan.
Pelayanan yang mengesankan berlanjut, pelayan tersebut menunjukkan kepada saya counter additional ingredients , semacam tempat untuk menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Lalu saya duduk, entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di starbucks membuat saya jadi nyaman, dan harga kopi yang mencapai 40.000 rupiah terasa sebanding dengan apa yang saya dapat.
Kisah diatas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami. Saya berpikir saat menikmati kopi starbucks. Kalau semua kader LDK punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap postif dan selalu bahagia. Alangkah indahnya dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain untuk bergabung dengan LDK ( atau dalam hal ini tertarik untuk mengikuti agenda LDK ). Semakin saya sadari lagi, bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.
Seorang kader yang baik, ramah, berbudi pekerti baik akan memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK. Seorang kader yang berkemampuan akademik baik serta memilik IP yang tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader yang pintar-sebuah citra baik untuk LDK-. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK inklusif.
Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan. Jangan hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi terhadap LDK. Seorang pemimpin LDK perlu menjamin kualitas dari kader ini sebagai agen dakwah.
Mempersiapkan kader untuk berdakwah dimanapun dia berada, perlu berbagai pembekalan. Poin kedua yang harus disiapkan setelah ilmu yang mencukupi, adalah interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan bijak. Pendekatan ini sangat penting dan semua kader harus memahami dengan baik. Kembali kepada konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka kader kita harus disiapkan dengan baik.
Berikut saya akan memberikan tips bagaimana seorang kader harus memiliki paradigma berpikir secara individu, yang dimana konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam secara personal. Tips ini bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan atau bahkan dalam pengajuan proposal sponsorship.
Soul to Soul
Telinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa diredam dengan telinga. Begitupula, hati, yang hanya bisa luluh oleh hati. Seseorang yang bahagia akan terpancar dari senyumnya. Seseorang yang memahami betul apa yang dilakukan akan terpancar dari tatapan matanya. Seseorang yang sungguh sungguh melakukan sesuatu hal akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to soul, seorang kader yang memahami apa yang dilakukan dan diniatkan dengan ikhlas, lalu dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga kebahagiaan dan kepuasan tampak pada diri seorang kader.
Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan seorang kader, kekuatan ini akan berdampak pada konsistensi seorang kader. Karena ia menjalankan segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat, dan hati yang ikhlas. Sehingga ketika ada tantangan atau rintangan,tidak menjadi sebuah alasan untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangat untuk bisa berjuang lebih. Ketika ada kekecewaan yang di alami, tidak menjadi alasan baginya untuk mundur, karena Allah lah tujuan ia semata.
Seorang dosen saya pernah mengatakan “kamu harus all out dalam segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktifitas dakwah akan memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep ruhiyah yang saya pahami adalah, keterlibatan jiwa ini pada setiap aktifitas kita. Bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilakukan. Karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak pada semangat kita bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan di massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita sungguh-sungguh dan penuh kerja keras dalam setiap urusan. Pencitraan ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap dakwahnya.
Spiritual and Strong
Seorang kader dakwah harus memiliki kedekatan kepada Allah dengan baik. Kedekatan ini terpancar dari sikap yang tampak. Seorang yang dekat dengan Allah biasanya mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh dengan banyaknya interaksi kader dengan Qur’an dan rutinya ibadah kepada Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah. Kekuatan spiritual ini sangat berdampak pada ketenangan diri dalam mengambil kebijakan. Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya, bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS ITB, jumlah tilawah beliau tidak pernah kurang dari 3 juz setiap hari. Seorang kepalda GAMAIS ITB lain bercerita, bahwa ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika malamnya ia tidak shalat malam. Kedekatan ruhiyah adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah yang kita lakukan sangat tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.
Dampak langsung dari kekuatan spiritual ini adalah, ketenangan dan kedamaian dalam LDK, LDK akan tenang dan nyaman. Serta Allah senantiasa membukakan hati-hati kader kita untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah, bergerak dengan sepenuh hati dalam naungan Islam. Karena sesungguhnya Allah lah yang membukakan hati ini, dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini. Hati kita dengan semua kader LDK, dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di kampus.
Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan selalu optimis. Seorang
kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap LDK nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran anda bahwa andalah yang terbaik, dan LDK anda adalah yang terbaik. Dalam buku “the secret” yang pernah saya baca. Dikenal dengan istilah “law of attraction”, sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba membuat benak dan pikiran saya akan suatu hal yang positif, ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah berpikir bagaimana lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah fakultas bisa berjalan seiring dengan GAMAIS ITB. Saya selalu memikirkan ini dan menyampaikan juga gagasan saya ke kawan kawan yang lain, dan hasilnya setelah 6 bulan kami mengembang amanah di GAMAIS ITB cita-cita itu tercapai yang terbukti dengan suksesnya muktamar GAMAIS ITB, dimana saat itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi, misi serta rancangan dakwah kita selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara GAMAIS pusat, Lembaga dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas, dan kata ganti “kita” mulai muncul sebagai representatif dari GAMAIS pusat, Lembaga dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas. Saat ini ketika disebut GAMAIS maka yang dimaksud adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah manusia gagal. Seorang yang hebat bukanlah seorang yang tidak pernah gagal akan tetapi seorang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan memulai merencanakan sebuah agenda yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang untuk ikut mentoring, maka soerang kader dakwah harus cepat beralih ke target yang lain untuk di ajak mentoring.
Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang dan maju, optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya Sandhiyudha ( mantan ketua SALAM UI ) pernah berpesan pada saya “ingat, masalah bukan problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain” . Seorang kader LDK juga harus bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapi, karena dengan ujian dan tantangan lah. Diri ini akan semakin kuat dan berpengalaman.

Smile and Shinning
Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, di sebuah siang hari di kota Jakarta, terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Saat itu seorang wanita membawa mobil seorang diri. Mungkin karena panas dan dirinya sedang penat akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Kota Jakarta yang keras membuat pemilik mobil yang tertabrak turun dari mobil dan mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu menghadapi pemilik mobil yang ditabraknya, seorang pria besar mendatangi wanita itu dengan marah-marah. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan sepakat tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua, Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Singapura, teringat sebuah pemandangan yang menurut saya, hasil didikan yang baik dari pihak manajemen hotel ke seorang receptionist . Saya melihat seorang receptionist terlibat sedikit konflik dengan tamu hotel, saya melihat dari jauh, dan tampak tamu hotel tersebut complain akibat misscommunication. Konflik dapat ia selesaikan dengan sedikit ancaman dari tamu hotel tersebut, yang membuat saya takjub adalah, sang receptionist tersebut bisa melayani tamu hotel selanjutnya dengan senyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri serta pencitraan yang ramah dan lembut dengan kekuatan senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman pula yang membuat hati ini senantiasa berbahagia dalam keadaan sulit sekalipun. Sebuah perusahaan jasa mendidik staffnya untuk selalu tersenyum agar pelayanan yang diberikan bisa maksimal.
Kader dakwah butuh memiliki senyuman yang ikhlas. Kekuatan senyuman ini kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Diskusi saya belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan memberikan saya masukan bahwa ternyata mahasiswa ini butuh kader kita yang ramah dan lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi dan mereka butuh untuk diajak dengan keramahan dan kelembutan diri seorang kader.
Sahabat aktifis LDK di seluruh Indonesia, seringkali LDK menjadi tidak berkembang karena bingung merangkai sebuah agenda. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan dan meningkatnya kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama. Seringkali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan untuk media promosi paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.
----------
Terinspirasi dari pelayan starbucks dan receptionist hotel di Singapura, serta pemikiran seorang Rendy Saputra ( ketua majelis syuro GAMAIS ITB )




Kamis, 21 Februari 2008

Tahapan kaderisasi Lembaga Dakwah Kampus ( LDK )

Protokol # 07

Tahapan kaderisasi Lembaga Dakwah Kampus ( LDK )

LDK sangat erat kaitannya dengan lembaga kaderisasi, karena memang LDK pada mulanya didirikan untuk mengkader para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif. Dalam perkembangannya LDK beralih peran sebagai lembaga syiar Islam. Berbagai agenda terus dilakukan. Terkadang alih fungsi ini berdampak “kebablasan” di beberapa wilayah. Roda syiar berjalan, sedangkan basis pembinaan tidak terperhatikan.
Inilah yang menjadi sebab mengapa beberapa LDK mengalami krisis kepemimpinan pada tahun-tahun tertentu. Sejatinya LDK harus bisa memastikan sistem kaderisasi bisa berjalan dengan baik dalam keadaan apapun. Karena kaderisasi yang baik akan berperan besar sebagai dinamo dakwah kita.

Mengapa saya berbicara sistem, karena dengan sistem lah, sebuah LDK bisa membentuk kader kader yang solid dan militan setiap saat. LDK tidak boleh berorientasi pribadi atau ketokohan. LDK tidak boleh punya tokoh sentral yang di ibaratkan “pahlawan” bagi LDK tersebut. LDK harus mampu membentuk banya kader hebat di setiap waktu.
Bagaimana LDK melakukan sistem kaderisasi ?. Pada dasarnya ada 4 tahap kaderisasi yakni, tahapan perkenalan, pembentukan, pengorganisasian, dan tahapan eksekusi. Empat tahapan ini adalah sebuah siklus yang membentuk seorang objek dakwah agar di masa yang akan datang siap menjadi subjek dakwah
Perkenalan ( ta’aruf )
Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda. Memberikan kesan yang baik terhadap LDK adalah tahap awal yang dijalankan. Kesan yang baik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan pelayanan kepada mahasiswa, atau dengan agenda syiar kampus. Pada tahap perkenalan ini , LDK mempunyai peran dalam untuk membuat mahasiswa menjadi mengetahui apa-apa yang belum diketahui terkait islam, atau dengan kata lain dari bodoh menjadi pintar. Dari yang belum mengetahui menjadi mengetahui. Membuat mahasiswa berkata “oh”. Pada hal-hal yang didapat. Pendekatan yang dilakukan memang seperti agenda syiar, karena ta’lim dan tabligh bisa menjadi media untuk memperkenalkan LDK.
Tahapan perkenalan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kontribusi beliau ketika sudah masuk LDK, dalam tahapan ini kita perlu memberikan gambaran umum yang jelas sehingga calon kader memiliki orientasi yang jelas dalam mengikuti pembinaan Islam. Tidak ada parameter yang berlebihan dalam tahapan ini. Mahasiswa yang dulu belum mengetahui bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib, mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib menjadi tahu. Belum perlu sampe tahapan melaksanakan. Dengan harapan, setelah mahasiswa mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam , membuat mereka tertarik untuk mendalami dengan mengikuti permentoringan.
Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari agenda syiar yang dilakukan. Peran data sangat penting disini, dimana LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar, dan menindaklanjuti dengan agenda pembinaan rutin ( mentoring ) yang diadakan oleh LDK. Bentuk lain dari penindaklanjutan adalah dengan membuat stand pendaftaran kegiatan mentoring di setiap event dakwah, dan cara yang baik lainnya, adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah sebagai kebiasaan kader dimana. Sehingga setiap kader kita bisa berperan aktif dalam mengajak mahasiswa muslim untuk mengikuti mentoring ( pembinaan rutin ). Pendekatan dengan diskusi langsung juga bisa dilakukan untuk orang yang sudah berpengaruh atau sudah punya landasan pemikiran yang kuat.

Pembentukan ( takwin )
Membentuk seorang kader yang seimbang dari segi kemampuan dirinya. Membentuk kader ini perlu waktu yang cukup lama dan berkelanjutan. Membuat mekanisme dan sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu bagi kader akan menghasilkan kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi atau dalam hal ini tim kaderisasi LDK diharapkan bisa memberikan asupan ilmu yang luas dan tidak terbatas, serta seimbang antara ilmu dan amal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan dibina terhadap seorang kader.
Diniyah. Diniyah disini dimaksudkan pemahaman ajaran Islam dasar, seperti penjelasan tentang aqidah yang bersih dan lurus, pengajaran bagaimana ibadah yang benar,diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan konsisten lalu meningkat ke membiasakan ibadah sunnah. Selanjutnya terkait dasar-dasar fiqih Islam dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan dari sisi akhlak yang baik perlu di biasakan pada dimensi ini. Pembentukan kader yang berkepribadian Islam komprehensif diharapkan bisa di penuhi di dimensi ini.
Qur’aniyah. Memberikan pengajaran akan dasar-dasar Al Qur’an, disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan kader yang ada. Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin,tahsin, dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan Tafsir qur’an juga bisa dilaksanakan. Besar harapan kader LDK sangat dekat dengan Qur’an, karena memang semua yang disampaikan dalam berdakwah akan bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini berkah dan di rahmati Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Qur’an dengan tajwid yang benar. Jika bacaan Qur’an sudah baik, kader diharapkan bisa memulai menghafal Al Qur’an.
Manajemen Organisasi. LDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa bergerak produktif dan terus menerus. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar organisasi sejak dini dengan harapann kader tidak bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fung rising, pengelolaan organisasi dan lainnya. Isi dari dimensi diharapkan bisa menjadi bekal untuk diri sendiri dan organisasi dakwah.
Softskill. Kader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang bisa menunjang pergerakan dakwah LDK dan di masa yang akan datang diharapkan bisa juga berguna untuk dirinya. Contoh penerapan pembentukan softskill untuk kader, seperti pelatihan membawa mobil dan motor, cara desain dengan corel draw atau adobe photoshop,publik speaking, training manajemen aksi, memasak, memasang spanduk dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog, olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa arab dan kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk kader.
Kepemimpinan. Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di manapun. Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu kuat dari segi visi dan komprehensif dalam melihat sesuatu, pemimpin juga butuh kekuatan komunikasi dan kharisma yang kuat, pemimpin butuh memiliki jiwa empati dan baik dalam berkerja sama, pemimpin juga harus bijak dalam mengambil kebijakan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin, karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK saja, akan tetapi kita juga perlu menyiapkan kader yang akan pemimpin di wilayah dakwah lain.
Wawasan. Seorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja. Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum, budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.
Dimensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap dan terpadu. Dengan memebrikan banyak wawasan bagi kader LDK, sama dengan membangun aset dalam bisnis. Aset terbesar LDK adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang terbaik. Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi rutin per kader, sehingga kita bisa mengetahui tingkat partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan mentoring. Mentoring akan berfungsi sebagai kelompok penjagaan terkecil dari sebuah LDK. Pada tahapan pembentukan ini, ilmu yang sudah didapatkan diharapkan sudah bisa menjadi pemikiran dan gagasan yang kuat bagi kader dan siap untuk mengamalkannya.

Penataan / Pengorganisasian ( Tandzhim )
Setelah kader dibina, mulailah LDK menata potensi potensi kader menajdi sebuah untaian tali pergerakan yang harmoni. Setiap kader mempunyai kelebihan masing-masing. Ada kader yang pandai menghafal Qur’an, maka jadikanlah ia sebagai pengajar tahsin dan tahfidz. Ada kader yang gemar aksi atau demonstrasi, maka tempatkanlah ia di garda politik. Ada kader yang gemar mengadakan kegiatan, maka tempatkanlah ia di kepanitiaan. Ada kader yang hanya gemar belajar, maka proyeksikan ia agar menjadi asisten dosen dan ketua lab di masa yang akan datang. Ada kader yang suka bertualang, maka tempatkanlah ia sebagai relawan sosial LDK. Ada kader yang senang berpikir, maka tempatkanlah ia sebagi tim strategis. Ada kader yang gemar menggambar, maka tempatkanlah ia sebagai tim desain LDK. Kader harus ditempatkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Walaupun seorang pimpinan LDK punya wewenang untuk menempatkan kader sesuai dengan harapan pimpinan, akan tetapi menempatkan kader sesuai keinginan dan potensi akan menghasilkan sebuah kesinambungan dakwah yang harmoni dan tidak terjadi pembunuhan karakter kader. Pemahaman ini perlu di pahami, bahwa kader kita adalah manusia, bukan mesin yang bisa dipindah-pindah sesuai dengan keinginan pengguna. LDK harus mampu memanusiakan manusia. Kalo memang harus ada yang berkorban di LDK, maka pemimpin lah orang paling tepat. Kader adalah objek dakwah untuk pimpinan LDK.
Kader dengan amanah , seperti tumbuhan dengan habitatnya. Kaktus tidak mungkin hidup di pantai dan rumput laut tidak mungkin hidup di padang pasir. Begitulah analogi kader, jika pimpinan memaksakan seorang kader ditempatkan di tempat yang tidak sesuai, maka pembunuhan karakter akan terjadi. Penyediaan ladang beramal dari LDK pun harus ditambah seiring bertambahnya kader. Ada beberapa LDK yang menyesuaikan komposisi dan bentuk struktur organisasi dengan jumlah kader, atau bisa juga dengan memberikan kader tempat beramal di lembaga lain, sebutlah mahad kampus, BEM, himpunan, Unit mahasiswa dan sebagainya.
Poin paling penting adalah bagaimana kader dakwah bisa memiliki amanah di mana pun, dengan catatan, kader selalu melakukan setiap hal dengan paradigma dakwah yang baik. Dimanapun anda berada frame dakwah harus tetap terinternalisasi. Kenapa kebijakan seperti itu yang dikembangkan ?. Karena LDK harus mampu menyediakan kader yang bisa mengisi berbagai pos di masa yang akan datang. Dalam tahapan yang sudah lanjut, terutama untuk LDK yang sudah stabil. Kader diharapkan selalu memiliki empat peran dalam satu waktu, yakni ;

Mentor ( pembina ), seorang kader LDK harus aktif membina dan dibina. Dengan membina kelompok mentoring rutin, atau mengisi ta’lim rutin. Peran ini adalah peran murni seorang da’i yang diharapkan bisa menjadi peran utama kader dakwah
Penentu kebijakan strategis ( syura ), kader didik untuk bisa memimpin dan berpikir. Oleh karena itu kader harus mempunyai tanggung jawab sebagai anggota syura ( rapat strategis ) di lini yang sesuai dengan kapasitas kader saat itu. Dengan berpikir strategis ini diharapkan kader terbiasa untuk berpikir startegis dan komprehensif, sekaligus menumbuhkan jiwa pemimpin.
Pelaksana operasional ( teknis ), selain sebagai pemegang kebijakan di suatu tingkatan LDK, kader juga diharapkan bisa berperan dalam tatanan operasional atau kita sering kenal dengan pekerjaan teknis. Sehingga kader akan selalu berada dalam peran sebagai atasan dan bawahan dalam waktu bersamaan. Keseimbangan ini akan membentuk jiwa kerjasama yang baik. Contoh dalam kasus ini adalah, seorang kader berperan sebagai tim inti panitia kegiatan ( dalam hal ini dia sebagai anggota syura ) dan juga sebagai pelaksana operasional di tatanan LDK ( berkoordinasi dengan pengurus inti LDK ).
Akademik, kader dakwah pun perlu memiliki kompetensi akademik yang baik. Oleh karena itu, peran terakhir yang tak kalah pentingnya adalah, kader bisa berperan dalam bidang akademik atau di bangku kuliah dan lab. Peran yang bisa diambil antara lain, ketua kelas, ketua kelompok tugas, koordinator lab, ketua praktikum, asisten dosen, atau aktif dalam penelitian dan lomba ilmiah. Memiliki kader yang memiliki IP baik adalah harapan besar LDK. Dengan IP yang baik, sebetulnya akan memudahkan pergerakan dakwah kita di kampus.


Eksekusi dan peralihan objek kaderisasi menjadi subjek kaderisasi ( Tanfidzh )

Tahap terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahapan ini seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan dan sudah siap untuk menjadi subjek kaderisasi bagi objek dakwah yang lain. Kaderisasi merupakan siklus yang terus-menerus dan selalu lebih baik. Fase eksekusi ini juga di isi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala, agar sistem kaderisasi yang dijalankan di LDK selalu lebih baik. Dengan monitoring dan evaluasi ini, diharapkan bisa memberikan masukan dan perbaikan bagi perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Pada dasarnya tahapan kaderisasi seperti ini, varian dan inovasi akan bisa sangat berkembang pesat di metode, kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen SDM lainnya.
Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja, dan perlu di ingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pelaku atau subjek kaderisasi, maka kader pun perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola dan isi dari setiap tahapan. Seringkali, LDK tidak membina kader tahap lanjut, atau bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah cukup stabil, diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatang ( angkatan ) kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK akan menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah aset berharga untuk lembaga dakwah kampus.

Rabu, 20 Februari 2008

Lembaga dakwah kampus ( LDK ) harus kaya

Protokol # 09

Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) harus kaya

Teringat sebuah buku tulisan Ustadz Abdullah Gymnastiar yang berjudul “saya tidak ingin kaya , tapi saya harus kaya”. Sebuah buku yang banyak menggugah diri untuk bisa berpenghasilan lebih, dan membuat pola pikir LDK GAMAIS menjadi produktif dalam menghasilkan uang. Buku ini yang saya pahami adalah bagaimana seorang muslim harus punya kemandirian atau bahkan keberlimpahan finansial, dengan harapan bisa mencukupi dirinya dan membantu umat lainnya. Seorang muslim yang kuat secara finansial tidak akan menyusahkan orang lain, dan dengan kekuatan finansial pula diri ini dan Islam akan indepeden dan bebas dari intervensi. Dengan menjadi kaya pula, kekuatan Dakwah akan berkembang dan bisa memberikan pengaruh lebih. Teringat bagaimana dalam sebuah perperangan di zaman Rasul, dimana perang tersebut hanya di biayai oleh 2 orang sahabat. Perperangan yang pastinya sangat mahal, disini menindikasikan bahwa Rasul dan sahabat-sahabat saat itu adalah orang yang memiliki kekayaan yang besar dan bisa digunakan untuk dakwah. Maka, tidak heran jika pada masa sayyidina umar sebagai khalifah, terjadi ekspansi besar-besaran untuk menyebarkan Islam.

Teringat buku “financial revolution” yang ditulis oleh motivator handal Tung Desem Waringin. Dalam pelatihan yang beliau laksanakan, dan kebetulan saya mengikutinya, beliau mengatakan kaya itu adalah bakat. Dalam benak saat itu, saya langsung bertanya dalam diri “apakah saya punya bakat kaya?”. Lebih lanjut Mr. Tung ( sapaan beliau di luar negeri ). Mengatakan bahwa bakat seorang yang kaya akan tampak pada kerja keras, etos kerja yang kuat, disiplin serta pola hidup hemat yang dijalankan. Banyak buku saat ini bercerita tentang orang sukses, beberapa mengisahkan bagaimana seseorang yang dulu hanya penjaga toilet , akan tetapi saat ini menjadi orang terkaya dunia, dan kisah-kisah lainnya.

Memang kaya adalah bakat, dalam sebuah LDK pun, bakat kaya ini harus di tanamkan. Dimulai dengan hal yang sederhana tentunya, seperti membuat kader bisa memproduktifkan semua bidang atau departemen di LDK untuk menghasilkan uang. Agenda kaderisasi harus surplus, agenda syiar harus jadi lumbung penghasil dana, atau membiasakan kader selalu berorientasi profit pada setiap agenda dakwah. Begitu pula departemen ekonomi atau keuangan yang ada, harus bisa berpikir bagaimana membangun aset yang bisa menjadi mesin uang LDK, membangun jiwa entrepeurner di semua kader, atau dengan optimalisasi dana dalam setiap kegiatan, kader jangan berpikir boros terhadap uang-harus hemat-, dengan dana yang cukup bisa menghasilkan agenda dakwah yang semarak.

Life style kader LDK bisa mengikuti life style para sahabat, seperti yang kita ketahui sayyidina umar memiliki perkebunan yang luas, atau Nabi Muhammad yang juga aktif berdagang. Akan tetapi, kenapa dalam sirah nabawiyah selalu dikisahkan akan sederhananya para sahabat. Atau dalam sebah kisah Rasul berkata “aku tidak bisa tenang tidur hingga semua harta ku hari ini telah aku berikan kepada umat”. Disinilah jiwa yang perlu dikembangkan bagi para kader dakwah, seoserang yang kaya dengan life style sederhana. Rasul berkata seperti itu karena Rasul sudah punya aset yang bisa menjadi mesin uang yang dimana besok akan menghasilkan kembali uang untuk dirinya, dan digunakan kembali untuk berdakwah. Ketika kita meyakini bahwa semua nikmat ini dari Allah, maka kenapa kita harus takut menginfakannnya di jalan Allah.

Dalam perkembangan pergerakan dakwah kampus, kekuatan finansial memegang peranan penting terhadap sukses atau gagalnya sebuah agenda dakwah. Sebuah agenda dakwah bisa berjalan dengan baik karena adanya faktor dana, dan tidak sedikit pula, agenda dakwah gagal karena keterbatasan dana. Maka, dengan ini kita bisa sepakat bahwa LDK butuh dana, dan konsekuensinya adalah LDK harus kaya. Karena dengan uang ini pula gerak dakwah kita bisa semakin masif.

Sebuah pertanyaan muncul. Bagaimana LDK mencari dana ?

Pengamatan saya keliling Indonesia, menilai bahwa LDK saat ini masih mengandalkan sponsorship ke perusahaan untuk penggalangan dana. Jujur, saya kurang sepakat dengan pencarian dana dengan sponsorship, selain membunuh jiwa entrepeurner kader, dan membuat LDK jadi bergantungan, saya berani berkata bahwa sponsorship ini seperti “pengemis elit”. Secara fakta kita sama saja dengan meminta-minta, walau dikemas sedemikian hingga tampak elegan dan profesional. Membiasakan kader meminta ke perusahaan , sama saja menanamkan jiwa event organizer ke kader, dan ini adalah pembunuhan karakter seorang muslim. Islam mendidik umatnya untuk menjadi pengusaha, menjadi pedagang. Bukan , peminta-minta atau pengemis , seharusnya LDK yang membagi dan memberi uang ke pihak lain karena kekuatan finansial yang dimiliki.

Lalu harus bagaimana ?

Mulai lah dengan membuat sistem mesin uang yang produktif. Lalu mulai dengan membangun aset yang bisa menghasilkan uang di masa yang akan datang. Sulit memang, tapi karena sulit itulah kita disebut aktifis dakwah kampus. Membangun paradigma business man dimulai dari sebuah kalimat “uang ada dimana-mana”. Memang, uang itu ada dimana-mana, dan segala sesuatu yang kita lihat dan berada di sekililing kita saat ini bisa menjadi penghasil uang. Manusia hidup dengan berbagai masalah, dan mulailah mencari uang untuk LDK dari masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di kampus anda.

Mahasiswa seringkali telat bangun, sehingga tidak sempat sarapan sebelum berangkat ke kampus, LDK bisa berjualan kue atau donut atau mungkin sarapan ringan yang bisa dikonsumsi oleh mahasiswa di kelas. Jika jaringan “kue” ini berjalan, ini akan menghasilkan dana yang cukup banyak. Sebutlah, di sebuah kampus terdapat 30 kelas , jika satu kelas saja bisa untuk 5.000 rupiah maka sehari –dengan satu kali jualan- bisa menghasilkan 150.000 rupiah, jika dirutinkan bisa mencapai 3.000.000 rupiah dengan asumsi 5 hari sepekan untuk kuliah. Dan jangan lupa beri presentase keuntungan untuk para penjual-yang juga kader-, supaya bisa menjadi pemasukan juga buat mereka.

Mahasiswa seringkali malas untuk membeli pulsa di tempat yang jauh, mahasiswa ingin bisa mengisi pulsa di manapun dia berada, hanya dengan cukup berkata saja atau sms. LDK bisa bermain di ranah ini, kita mempunyai agen pulsa di setiap kelas. Keuntungan satu kali transaksi pembelian pulsa dengan nominal berapapun biasanya 2000 rupiah. Sebutlah kita 30 agen kelas, dan satu kelas terdiri dari 80 orang dan setengahnya ( 40 orang ) adalah pelanggan kita. Maka LDK akan punya 1200 pelanggan. Dengan asumsi setiap pelanggan melakukan transaksi satu kali satu bulan, maka setiap bulan LDK akan menghasilkan dana 2.400.000 rupiah. Besar bukan ? untuk LDK besar, sebutlah GAMAIS ITB yang punya 600-700 kader aktif, bisa di beri arahan kepada semu kader untuk beli pulsa di counter LDK.

Mahasiswa pun banyak pergi ke tukang fotokopi untuk mem-fotokopi buku kuliah. LDK bisa bermain pula dalam hal pelayanan ini. Kerjasama dengan fotokopi tertentu agar bersedia memberikan harga murah, dan kita menjual nya ke mahasiswa dengan keuntungan sedikit, sebutlah harga asli dari fotokopi adalah 55 rupiah per halaman, kita bisa menjual ke mahasiswa 70 rupiah per halaman. 70 rupiah yang juga cukup murah sebetulnya untuk mahasiswa. Seorang kader bisa aktif dalam melayani mahasiswa lain di kelasnya sebagai ahli fotokopi, baik fotokopi buku, bahan kuliah, dan lainnya.

Mahasiswa biasanya malas membaca buku yang tebal-tebal, mahasiswa lebih senang membaca buku atau catatan yang tipis dan to the point atau bahkan dengan hanya membaca soal dan pembahasan soal tahun sebelumnya. LDK di dukung dengan Lembaga dakwah program studi (jurusan), bisa membuat bundel soal ujian, yang berisikan soal serta pembahasan UTS dan UAS semua mata kuliah tahun-tahun sebelumnya, dan dikemas dengan baik, akan menghasilkan dana yang besar. GAMAIS ITB rutin membuat bundel soal untuk tingkat 1 di ITB ( mata kuliah tingkat 1 di ITB sama semua ), dan saat ini bundel soal menjadi salah satu andalan kami dalam menghasilkan uang.

Untuk tahap yang lebih advance, LDK bisa bermain dalam pembangunan aset, contoh jasa pelayanan LCD (infokus), memiliki mesin pencetak pin, mesin percetakan koneksi atau jasa percetakan publikasi, kedai atau warung ( di Universitas Hasanudin contohnya ), penerbit buku, atau aset-aset lainnya yang bisa jadi mesin penghasil uang. Memang untuk tahap yang advance ini butuh dana lebih. Akan tetapi jika kader LDK bisa membuat business plan yang baik, saya yakin banyak pihak yang bersedia memberikan modal kepada kita.

Hal-hal kecil yang bisa menghasilkan uang hanya merupakan beberapa contoh, LDK harus mampu menganalisis dan membuat varian metode untuk menghasilkan uang. Dengan cara seperti ini, jiwa pengusaha bisa dikembangkan di LDK, dan bakat “kaya” ini dikembangkan, sebagai lembaga kaderisasi, LDK harus mampu membentuk karakter kader sesuai dengan kecendrungan ia di masa yang akan datang.

Saudaraku , kader LDK yang disayangi Allah, kekuatan ekonomi saat in i menjadi kebutuhan mutlak. LDK harus kaya bukanlah sebuah angan-angan, saya yakin kita semua bisa, dimulai dari mengubah paradigma “uang ada dimana-mana” lalu melihat peluang yang ada di sekitar. Kekuatan finansial ini yang membuat LDK independen, mandiri, kuat, dan bisa melebarkan pengaruh dakwah di kampus.
----------
This article are right to copy
Ridwansyah yusuf achmad
Head of gamais itb
http://ridwansyahyusuf.blogspot.com

kader LDK = Agen Syiar (marketing )

Protokol #06

Kader LDK = Agen Syiar (marketing)

Saudara saya, yang juga merupakan kepala syiar dan pelayanan kampus GAMAIS ITB, albaz rosada, menterjemahkan kata “syiar” dalam bahasa inggris dengan “marketing”. Awalnya saya sempat bingung, kenapa harus “marketing”, karena kata tersebut lebih cocok diterjemahkan dalam kata “pemasaran”. Akan tetapi, saya melihat, bahwa memang yang dilakukan oleh LDK adalah memasarkan produk dakwah, mempromosikan Islam, atau menyebarluaskan jaringan islam, dan untuk itu semua, maka dibutuhkan pemasaran yang baik.

Marketing atau proses syiar dalam lembaga dakwah kampus adalah hal yang sangat penting, karena memang tugas utama LDK adalah syiar. LDK adalah lembaga dakwah yang tugasnya mensyiarkan Islam. Poin penting dalam tulisan ini adalah bagaimana kader kita punya karakter syiar yang kuat, dalam hal ini bisa dikonotasi kan, kader yang berkarakter da’i. Sehingga dimanapun dan kapanpun seorang kader berada , jiwa dia selalu berorientasi syiar.

Kader bagi sebuah LDK adalah garda terdepan, dan perlu diingat, kader LDK berarti semuanya, dari low to top management . Jiwa da’i ini harus ditanam sejak awal masuk. Dengan penanaman jiwa ini sejak awal, pelan-pelan akan menghapus paradigma LDK adalah EO yang cukup marak beredar beberapa tahun belakangan ini. Karena itulah pembekalan terhadap kader harus terpasu dan berkelanjutan. Seorang kader harus dibina agar ia memiliki kekuatan Qur’aniyah yang kuat, dimulai dari belajar membaca, tahsin yang baik, membaca tafsir, menghafal hingga mengamalkannya. Selain itu seorang kader harus punya kredibilitas seorang pemimpin, kita sangat mengharapkan seorang kader dakwah punya kemampuan untuk menjadi teladan di tempat-tempat ia berhimpun. Dan seorang kader harus mampu menjadi yang terbaik di kelas, memimpin lab, menjadi asisten mata kuliah dan keunggulan di bidang akademik lainnya.
Kader adalah agen promosi bagi LDK, dan media paling tepat untuk mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan dakwah ini adalah melalui kader. Masyarakat kampus akan melihat dengan positif, seorang kader kita yang memiliki budi pekerti yang baik, dengan itu mereka bisa jadi simpati dan melihat ketenangan dari kader kita dan tertarik untuk mendalami Islam. Saya pernah suatu waktu ditanya oleh kawan saya dikelas “cup, apa sih yang bisa buat lo berubah, lo tampak tenang dan excited banget dengan hidup lo ?” dan saya menjawab “gw gabung di gamais, bukan karena gw uda soleh, tapi gw tau bakat maksiat gw tinggi, makanya gw banyak belajar di gamais,dan gw dapet apa yang gw ingingkan, at least gw bisa tenang dan selalu berpikir positif dalam setiap langkah gw” diskusi berlanjut dan saat ini, beliau telah bergabung dengan kelompok mentoring.

Kader pula yang akan memberi contoh kepada masyarakat kampus, bagaimana seorang muslim yang baik memimpin. Seorang muslim yang memimpin dengan sepenuh hati dan raga. Melayani anggota yang dipimpinnya, dan mau berkorban tanpa pamrih. Itulah seorang pemimpin muslim yang akan disenangi oleh masyarakat kampus. Kader LDK harus bisa mengisi pos pos kepemimpinan di semua lini dari yang terkecil-ketua kelas atau ketua kelompok tugas- hingga pos pos yang lebih tinggi dan berpengaruh-ketua unit mahasiswa,ketua himpunan mahasiswa, atau ketua BEM-. Lagi-lagi dengan sebuah harapan kader kita dapat mencontohkan bagaimana Islam bisa mengajarkan umatnya memimpin, dan bagaimana Islam bisa betul-betul menjadi rahmat bagi semua manusia. Saya punya saudara bernama muhammad iqbal, beliau ketua angkatan mahasiswa fisika teknik angkatan 2005, ada sebuah kisah yang saya ingat, saat itu dalam prosesi orientasi mahasiswa, beliau di cabut amanahnya oleh pengkader, akan tetapi karena tuntutan dan karena beliau juga disenangi dan disayangi oleh anggota nya beliau terpilih kembali sebagai ketua angkatan, dan menurut kabar beliau adalah ketua angkatan fisika teknik pertama yang gagal diturunkan oleh para pengkader saat masa orientasi mahasiswa. Subhanallah , seorang kader dakwah inilah yang berperan besar dalam menegakkan kekuatan Islam di kampus, iqbal yang saya ceritakan, saat ini di amanahkan sebagai kepala departemen manajemen sumber daya anggota GAMAIS ITB.

Kader LDK dituntut memiliki IP yang tinggi, dan aktif dalam perkuliahan. Kampus adalah masyarakat berpendidikan, dan seseorang akan dipandang karena kepandaiannya dalam akademik. Semakin tinggi IP kader, akan semakin banyak pula orang yang mendengarkannya. Untuk itulah LDK harus mempu menjada stabilitas IP kader, adanya departemen akademik dan profesi di GAMAIS ITB mulai sejak saya memimpin juga ditujukan untuk mem-back up hal tersebut. Ada sebuah contoh di kampus saya , saudara saya anggit saputra, beliau seorang ketua lembaga dakwah program studi teknik kimia ( GAMISTEK ). Beliau dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan luar biasa dalam hal IP. Sempat mendapat IP 4,00 dengan IPK saat ini seingat saya masih diatas 3,5. Kekuatan ini beliau jadikan sebagai keunggulan pribadi yang dimanfaatkan untuk dakwah. Kepintaran beliau membuat banyak teman-temannya simpati , dan satu tahun beliau menjadi ketua GAMISTEK telah membuahkan hasil yang sangat signifikan, terutama dalam hal rutinitas agenda syiar dan produktifitas kader, saat ini beliau di amanahkan sebagai ketua lembaga dakwah fakultas teknologi industri.

Sahabat sahabat kader LDK yang saya sayangi karena Allah, memberi peran lebih kepada kader terutama sebagai agen terdepan syiar (marketing) adalah sebuah keniscayaan. LDK mendidik kadernya untuk menjadi da’i dan untuk menjadi teladan, serta untuk menjadi pemimpin di masyarakat. Dengan membangun paradigma bahwa kader adalah agen terdepan dalam memasarkan Islam di kampus, mudah-mudahan bisa membentuk karakter yang kuat dari LDK dengan berfondasikan karakter kader dakwah yang kuat dan produktif.

-----------
Tulisan ini ditujukan untuk LDK yang bingung ingin membuat agenda syiar-mungkin ini solusinya-
This article are right to copy
Written by
Ridwansyah yusuf achmad
Head of gamais itb