Minggu, 30 Desember 2007

pemimpin

Pada suatu ketika, Khilafah Harun Alrasyid ditimpa kegelisahan. Sang khilafah pun minta diantar oleh Fadhal bin Rabi’ mendatangi rumah ulama, untuk meminta siraman rohani. Fadhal mengantar khilafah ke rumah Fudhail bin Ayyadh yang terkenal zahid. Belum lagi Harun mengutarakan maksud kedatangannya, Fudhail telah berkata, “Sadarkah Anda, hai Amirul Mukminin, bagaimana orang memuji, mengangkat, dan meninggikan Anda? Tetapi bila kelak hadapan Allah Anda ditanyai tentang sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, hanya Anda yang menanggung jawabnya. Orang yang paling cinta kepada Anda di dunia ini adalah orang yang lebih dahulu lari dan tak bisa membela Anda.”

“Ingatlah wahai, Amirul Mukminin!” lanjut Fudhail, “Suatu kejadian yang belum lama terjadi, ketika Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz diangkat jadi khilafah. Dia memanggil Salim bin Abdullah, Muhammad bin Ka’ab, dan Raja bin Haiwah. Ia berkata pada mereka, ‘Sekarang saya telah ditimpa musibah, yaitu memangku jabatan sebagai khalifah. Itulah sebabnya kalian saya panggil, saya hendak minta saran dan nasehat kalian’.”

“Ketika itu, wahai Amirul Mukminin,” sambung Fudhail, “Salim bin Abdullah memberi saran pada Umar, ‘Jika Anda hendak lepas dari azab Allah, berpuasalah di dunia, dan berbukalah ketika Anda mati’.”
Muhammad bin Ka’ab menasehatkan, ‘Jika Anda hendak lepas dari azab Allah Ta’ala, pandanglah kaum Muslimin yang lebih tua dari Anda sebagai ayah, pada yang sama umurnya dengan Anda sebagai saudara, dan pada yang lebih muda sebagai anak. Hormatilah ayahmu, sayangilah saudaramu, dan kasihilah anak-anakmu’.”

“Sedangkan Raja bin Haiwah memberi saran, ‘Jika Anda hendak lepas dari azab Allah Ta’ala, kasihilah kaum Muslimin sebagai anda mengasihi dirimu sendiri. Jauhilah segala macam perkara yang dibenci rakyatmu. Bila semua itu telah Anda jalankan, matilah bila Anda suka. Saya sampaikan nasehat ini, sedangkan hati saya sendiri sangat takut memikirkan bagaimana besarnya perkara yang Anda hadapi’.”

Mendengat nasehat ini, Harum menangis tersedu-sedu, tubuhnya lemas lunglai, bahkan ia hampir pingsan. Melihat keadaan ini, Fadhal berkata, “Hai Fudhail, kesihanilah Amirul Mukminin, jangan terlalu banyak memberi nasehat yang mendukakan hatinya.”

“Oh tidak, tidak Fadhal,” sela khilafah. “Justru nasehat seperti ini yang dapat menghapus kegelidahan hatiku.”

Dunia kemudian menyaksikan Harun termasuk khilafah terbaik dalam sejarah Islam. (berbagai sumber)...

Tidak ada komentar: