Kamis, 13 Desember 2007

Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah KampusSolidaritas "Nonstop" untuk Palestina

Desember dua puluh tahun lalu. Syifa, nama sebuah rumah sakit di kawasan Gaza, menjadi saksi keganasan rezim Israel. Pada 18 Desember 1987, sekitar 20 orang pasien yang dirawat setelah tertembak pada insiden sehabis salat Jumat, diseret tanpa ampun keluar rumah sakit oleh serdadu Tzahal, angkatan militer Israel. Tak urung, dokter dan perawat yang menghalangi dipukuli secara kasar. Kejadian ini dan kejadian sepuluh hari sebelumnya ketika truk militer Israel menabrak pengungsi Palestina dan membunuh empat warga, memicu konflik menahun. Insiden yang mendadak membangunkan masyarakat Palestina dari tidur! Keadaan yang melahirkan istilah intifadhah.


Hingga enam tahun berikutnya, heroisme rakyat Palestina, perlawanan tak seimbang antara batu dan meriam telah membunuh 1.283 rakyat tak berdosa, 130.472 orang terluka, 22.088 orang dipenjara tanpa pengadilan, dan 2.533 rumah dihancurkan.
Kejadian tadi menoreh luka yang cukup dalam dan lama, tidak hanya bagi masyarakat di kawasan itu, tetapi merambat ke seluruh "tubuh" kaum Muslim dunia. Tak pelak, juga membangunkan ribuan mahasiswa yang peka terhadap isu hak asasi manusia (HAM). Salah satunya FSLDK kependekan dari Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus. Seperti yang diberitakan "PR" Sabtu (8/12), sekitar 100 mahasiswa yang tergabung dalam FSLDK Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) Bandung Raya melakukan aksi solidaritas rakyat Palestina untuk memperingati 20 tahun gerakan intifadhah di depan Gedung Sate, Jln. Diponegoro, Jumat (7/12).


Seraya bercanda, Ridwansyah Yusuf A., koordinator Puskomda Bandung Raya berujar kepada Kampus saat ditemui di Masjid Salman, Jln. Ganesha, Senin (10/12), "Palestina itu isu non-stop hit!". Menurut Ridwan yang juga ketua Gamais ITB ini, isu Palestina akan selalu mereka usung, selama kemerdekaan belum diraih rakyat Palestina. "Karena bagi kami, seperti juga bagi Muslim lainnya, salah satu kewajiban setelah iman adalah memerhatikan keadaan saudara sesama Muslim," ujar Ridwan. Kepedulian mereka akan isu ini mudah terbaca oleh kawan Kampus di sebagian besar kampus Indonesia. Bila kawan Kampus memerhatikan banyaknya stiker, kaus, spanduk yang bernuansa solidaritas Palestina digunakan aktivis, secara tak langsung di sanalah terdapat keterlibatan FSLDK.


Jaringan komunikasi antarkurang lebih 600 lembaga dakwah kampus (LDK), yang terbagi dalam sepuluh wilayah se-Indonesia ini memang menjadikan penyikapan isu baik itu internasional, nasional, maupun lokal sebagai agenda pokok. Tidak heran, bila tanggapan terhadap isu Palestina bisa mengemuka secara serempak di beberapa kampus berbagai kota. "Serempak, karena kita selalu up date isu lewat ‘syu-ting` alias syuro (musyawarah) chatting di `ym` (yahoo messenger) conference," kata Dhimas Lazuardi, pelaksana teknis FSLDK Bandung Raya. Tukar ide tiap dua pekan sekali itu dipandu Pusat Komunikasi Nasional (Puskomnas) atau koordinator jaringan tingkat nasional, yang tahun ini dipegang LDK Universitas Airlangga Surabaya.


Tak lupa isu lokal
Walau isu Palestina lebih banyak mengemuka, isu lokal tidak berarti mereka lupakan. Di Jawa Barat, FSLDK yang terbagi dalam empat Puskomda: Priangan Barat, Bandung Raya, Priangan Timur, dan Cirebon kerap terdengar kritis menyikapi isu yang menghangat di masyarakat. Di Bandung, dua tahun ke belakang, FSLDK Bandung Raya menjadi salah satu elemen yang yang cukup getol mendukung aksi dan pewacanaan pencanangan 2005 sebagai tahun antiperjudian di Jawa Barat. Tahun yang sama di Garut, FSLDK kota itu menjadi pihak yang secara kuat mendukung pemberantasan "pekat" (penyakit masyarakat) pada pemerintah daerah.
Berkaitan dengan Konferensi Internasional Perubahan Iklim (UNCCC) 2007, menurut Ridwan, FSLDK akan menyatakan dukungannya dengan cara pencerdasan masyarakat kampus melalui diskusi dan penyebaran media informasi mengenai wacana-wacana yang berkaitan.** *

heykal sya`ban

kampus_pr@yahoo. com

Tidak ada komentar: