Kamis, 23 Agustus 2007

antara retorika dan kata-kata

antara retorika dan kata-kata
Kisah ini bercerita tentang sebuah pengalaman panitia TRY OUT SPMB SPMB GAMAIS ITB 2006 dalam berdana usaha. Sebuah kisah fenomenal yang sampai saat ini masih berkesan dalam hati setiap panitia. Sebuah megaproyek puluhan juta rupiah dan dilakoni oleh sekelompok mahasiswa tingkat satu yang belum mengenal medan dakwah kampus secara utuh. Semangat dan rasa memiliki terhadap agenda inilah yang menjadi kekuatan kepada kami agar memberikan yang terbaik kepada agenda ini.
Seperti selayaknya sebuah kepanitiaan, panitia TRY OUT SPMB SPMB GAMAIS ITB 2006 ini pun juga memerlukan sebuah pendanaan. Agenda TRY OUT SPMB ini memang menjadi sebuah proyek angkatan muda GAMAIS ITB 2005 untuk dijadikan sebuah ladang latihan beramal bagi kami. Ide terciptanya agenda ini bermula dari pembicaraan sekelompok ikhwan pada suatu malam yang sedang berdiskusi tentang bagaimana sebuah angkatan dapat bersatu dengan baik dengan media sebuah kepanitiaan. Kepanitiaan TRY OUT SPMB dinilai bisa menjadi sebuah kepanitiaan besar yang bisa dijadikan tempat aktualisasi kami.
Pembicaraan akan kepanitiaan ini berkembang pesat dan menghasilkan sebuah agenda yang bukan sekedar TRY OUT SPMB biasa. TRY OUT SPMB ini dikemas sedemikian rupa dengan berbagai macam “bumbu” seperti training motivasi oleh Supertrainer Reza M Syarif, stand bazaar, serta doorprize yang menggiurkan. Konsep yang memang terkesan berlebihan ini memang dimaksudkan untuk memberikan sebuah gaya baru dalam TRY OUT SPMB SPMB. Hal ini tebukti pada beberapa TRY OUT SPMB SPMB yang diadakan oleh sebuah kampus beberapa bulan lalu, dimana gaya TRY OUT SPMB yang disuguhkan tidak jauh dengan tipikal TRY OUT SPMB yang pernah kami laksanakan ini.
Dengan bermodal sebuah proposal biasa ( kertas A4 yang dijilid spiral ) kami mendatangi kantor pusat sebuah provider kartu seluler GSM di Jakarta. Pertemuan pertama ini tidak menghasilkan banyak hal selain sebuah rekomendasi untuk membuat proposal yang lebih baik dalam segi tampilan maupun segi isi. Kami pulang dengan harapan akan ada pemanggilan kedua kepada kami.
Dua pekan berselang ada pemanggilan kepada kami ke kantor pusat perusahaan tersebut, pertemuan ini memberikan sebuah harapan baru kepada panitia, karena kami diperkenalkan kepada general manager perusahaan tersebut di Kota Bandung. Beberapa hari kemudian saya ditelepon oleh seorang senior marketing manager perusahaan seluler itu di Kota Bandung dan diminta untuk hadir dalam rangka audiensi dengan beliau. Perjuangan kami menuju rekor kerjasama sponsorship bermula disini. Pertemuan pertama dengan beliau berupa diskusi tentang konsep acara kami yang masih mentah dengan proposal seadanya. Diskusi kami berakhir dengan sebuah ide baru buat untuk panitia. Pertemuan demi pertemuan kami jalani dengan berbagai ide-ide baru.
Antara retorika dan kata-kata ? dimana letak maksud dari judul diatas ? pertemuan terakhir kami yang menjadi sebuah medan retorika teralot yang pernah kami jalani, khususnya kepada saya pribadi. Pada audiensi terkahir kami betul-betul menyiapkan yang penawaran terbaik dengan sebuah konsep “they win , and then we will also win” sebuah konsep sales yang memberikan kemenangan atau keuntungan kepada pihak yang akan di ajak kerjasama. Kami memberikan sebuah penawaran senilai Rp.60.000.000 dengan kontrapertasi antara lain ; penyandingan nama sponsor sebelum nama kegiatan, mengganti warna dasar kegiatan kami yang disesuaikan dengan warna sponsor dalam setiap media publikasi ( saat itu kami membuat contoh langsung desain publikasi yang sudah mencantumkan logo sponsor dan warna sesuai perusahaan tersebut ), layanan untuk mengecek hasil TRY OUT SPMB via sms dengan mengirim kode-kode tertentu ke nomor 4 digit yang disediakan oleh provider, penyediaan stand di tempat paling strategis,dan berbagai penawaran yang kami rangkum dalam 19 halaman slide power point dan “hanya” 5 slide permintaan kami terhadap perusahaan tersebut.
Kedatangan saya dengan 3 sahabat saya ke perusahaan tersebut disambut oleh 4 senior manager dari berbagai bidang dan seorang general manager. Audiensi saya jalani dengan baik dan tampak memberikan tanda-tanda positif kepada kami. Akan tetapi harapan itu sempat hilang ketika mereka mengatakan agak ragu mendanai acara kami. Padahal saat itu sudah H-30 acara berlangsung. Sentak saja saya mengajukan berbagai penawaran tambahan dengan memberikan space sponsor pada beberapa agenda GAMAIS ITB selain TRY OUT SPMB SPMB 2007,penawaran memperpanjang proses pengecekkan nilai via sms serta penurunan nominal uang menjadi Rp.50.000.000. Kami belum melihat lagi ada tanda-tanda positif hingga saat itu , dan pihak perusahaan provider tersebut menawarkan angka Rp.30.000.000, dan keluar kata-kata dari seorang manager “ udah, terima aja 30 juta daripada pulang tidak bawa apa-apa!, toh kalian juga tidak bisa menjamin bahwa kegiatan ini bisa berjalan dengan baik !”, sebuah kata-kata yang tidak pernah saya lupakan hingga saat ini. Menjadi sebuah hal fenomenal ketika saya punya keyakinan bahwa, kami tidak boleh membawa pulang 30 juta, kami harus pulang dengan 50 juta. Kami berdiskusi sejenak, dan saya yang berperan sebagai juru bicara utama memberikan penawaran dengan mengadakan TRY OUT SPMB ini di dua kota , yakni di Jakarta dan di Bandung, penawaran buffer show yang menjadi back up jika agenda ini gagal sehingga perusahaan tersebut bisa juga memasang logo perusahaan pada acara kami yang lainnya. Kami juga menawarkan kemudahan-kemudahan dalam segala hal untuk perusahaan tersebut. Pertemuan tersebut berakhir dengan janji dari general manager untuk memanggil kami lagi setelah rapaat direksi.
Selang beberapa hari kami ditelepon dengan sebuah kabar gembira, pihak perusahaan provider tersebut bersedia mendanai kegiatan kami senilai Rp.50.000.000 ditambah 2 buah handphone, 5 USB 1 GB, 3 MP3 player 1 GB, serta 50 bingkisan dari perusahaan tersebut. Kami juga harus memenuhi banyak keinginan mereka yang cukup banyak. Anyway, terlepas dari segala itu semua, hal tersebut merupakan sebuah hal fenomenal yang bisa dilakukan oleh sebuah agenda dakwah.
Beberapa tips yang bisa diambil sebagai hikmah dari cerita dapat dirangkum dalam dua poin pembahasan, yakni poin persiapan dan yang kedua adalah poin ketika bernegosiasi.
Persiapan
Dalam melakukan fund rising yang berhubungan dengan sponsorship tahap persiapan merupakan sebuah proses yang tidak bisa dilepaskan. Beberapa kasus yang pernaha saya tangani terkait sponsorship yang dilakukan oleh sebuah lembaga, biasanya faktor persiapan ini kurang disiapkan dengan baik.

Proposal Manusiawi
Sebuah proposal dalam sponsorship ibarat senjata dalam perperangan. Proposal yang baik adalah proposal yang bisa memahami kebutuhan manusia yang pada hakekatnya ingin praktis, menyukai hal atraktif dan lebih memilih sesuatu yang mudah dipahami. Proposal yang kami buat saat itu ada dua tipe pertama, sebuah proposal 6 halaman yang hanya berisikan hal-hal inti dan kami kemas dengan cara yang sangat mudah dipahami dan tampilan yang eye catching. Tipe kedua, proposal dalam bentuk CD dengan program macromedia flash, sehingga mudah digunakan dan dibaca di layar komputer.
Tips ! : dalam menilai apakah sebuah proposal sudah “manusiawi”. Baca proposal tersebut dengan mengandaikan anda seorang general manager yang sibuk dan banyak pikiran dan ada banyak tumpukan proposal di meja anda. Kira-kira proposal yang seperti apa yang anda pilih dan anda senangi ?
Menjadi pribadi fullcontent
Maksud dari poin ini, seorang danus-ers ibarat seorang sales dalam sebuah perusahaan, tugas seorang sales adalah mempromosikan serta menjual produk dari perusahaannya. Sehingga agar ketika proses promo berjalan dengan baik, seorang sales haruslah memahami dengan baik segala sesuat tentang produknya. Jika sebuah proposal di ibaratkan senjata dalam perperangan, maka kepahaman kita terhadap isi acara yang hendak di ajukan merupakan “skill” dari para tentara.
Pemahaman ini bertujuan agar anda tampak meyakinkan dan tanpa ada keraguan dalam setiap kata yang anda lontrakan dalam proses negosiasi.
Tips ! : selain memahami dengan baik isi dari acara, seorang danus-ers diharapkan juga memahami tentang organisasi yang menaungi acara tersebut. Pehamanan yang baik akan langsung terlihat dari keyakinan kita dalam berbicara dan dapat membuat anda lebih pecaya diri serta memilki harga diri dalam bernegosiasi.
Find the number and call them
Jangan coba-coba menitipkan proposal melalui security, karena pengalaman lapangan membuktikan memasukkan proposal melalui security tidak sampai ke orang yang tepat. Sebisa mungkin, sebelum mengajukan sebuah proposal, anda mengetahui contact person perusahaan tersebut ( kalau bisa sih, teman atau relasi yang sudah anda kenal ), sehingga proses pengajuan proposal lebih mudah. Selanjutnya buat appoitment dengan beliau, sehingga ketika datang ke perusahaan, anda datang di saat yang tepat dan bertemu dengan orang yang tepat.
Tips ! : cari relasi perusahaan bisa melalui saudara anda, orang tua /keluarga teman anda, alumni, atau dosen. Biasanya proposal akan lebih cepat di proses jika ada “orang dalam” yang bisa membantu.
Proses negosiasi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam keberlangsungan proses negosiasi.

Your pride lead to success
Penjagaan harga diri, dan kebanggaan terhadap acara yang kita ajukan menjadi sebuah modal yang utama dalam proses negosiasi. Ketika saya berani menolak 30 juta yang ditarwarkan dan berani mengambil resiko untuk mengajukan angka 50 juta dengan resiko kerjasama gagal. Menurut saya itu hasil kombinasi keyakinan dan kepahaman yang dibungkus dengan harga diri untuk memperjuangan sebuah agenda dakwah.
Selanjutnya memposisikan diri anda setara dengan “pemilik uang”, kadangkala ketika bernegosiasi seseorang merasa lebih rendah, atau merendahkan diri di depan pihak perusahaan. Busungkan dada anda dan katakan, “saya tidak butuh uang dari mereka, tapi saya hanya memberi kesempatan kepada perusahaan tersebut untuk berpromosi”. Pembentukan sugesti semacam ini memberikan kekuatan kepada anda dan keyakinan serta membuat anda bisa mempertahankan orisinilitas sebuah acara ( kadang perusahaan suka mengobrak-abrik konsep yang sudah kita susun ).

The power of words
Mulutmu harimau mu !! jargon sebuah perusahaan provider GSM. Dalam proses negosiasi, komunikasi yang tepat sangat berpengaruh, pemilihan kata-kata, intonasi nada, dan timing yang tepat untuk mengemukakan kata-kata pun juga menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal penting dalam hal komunikasi antara lain ; eye contact yang berkesinambungan, jangan pernah menunduk, pandangan mata adalah media komunikasi yang bisa memberikan efek psikologis terhadap lawan bicara. Selanjutnya, bicara dengan efektif, efesien, tepat serta jelas. Jangan melakukan pembicaraan yang bertele-tele dan simpang siur, jawab serta keluarkan statement yang jelas dan tegas, gaya bicara seperti ini dapat membuat negosiasi menjadi terarah dan tidak melebar, dan terakhir adalah komunikasi empatif, tunjukkan rasa humble anda kepada lawan bicara, luluhkan hati mereka dengan kelembutan hati anda.
Pribadi danus-ers diharapkan merupakan sosok pribadi yang kuat dan ramah, penuh senyum tapi menunjukkan sebuah tekad yang kuat untuk melakukan sesuatu. Jiwa seorang danus-ers haruslah mampus berpikir preventif dan reaktif yang tersinergi dengan baik. Seorang danus-ers haruslah mampu melihat celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan uang. Bagaimana membentuk jiwa seperti ini ? sebuah pertanyaan yang hanya bisa dijawab ketika anda sudah mencobanya. ^_^


Ditulis oleh
Ridwansyah yusuf achmad
Teknik perencanaan wilayah dan kota
Wakil Ketua TRY OUT SPMB SPMB GAMAIS ITB 2007
08128420120 ; 081809973767
yusuf_ahdian@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: